twitter
rss


1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

          Pembelajaran kontekstual telah berkembang di negara-negara maju dengan nama yang beragam. Di negara Belanda disebut dengan istilah Realistic Mathematics Education (RME) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dilakukan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun RME dikhususkan untuk matematika sedangkan CTL dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran. Di Amerika disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari mereka.
          Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
      
       Menurut Johnson (2002 dalam Nurhadi, dkk, 2003) ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut.
  • Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Artinya, siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
  • Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Artinya, siswa dalam membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebgai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
  • Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning).
  • Bekerja sama (collaborating). Artinya, siswa dapat bekerja sama, guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
  • Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Artinya, siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
  • Memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
  • Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard).
  • Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment).

3. Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual

Ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain:
  • Adanya kerjasama antar semua pihak;
  • Menekankan pentingnya pemecahan masalah;
  • Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda;
  • Saling menunjang;
  • Menyenangkan, tidak membosankan;
  • Belajar dengan gairah;
  • Pembelajaran terintegrasi;
  • Menggunakan berbagai sumberr;
  • Siswa aktif;
  • Sharing dengan teman;
  • Siswa kritis, guru kreatif;
  • Dinding kelas dan lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar-gambar, artikel, dsb;
  • Laporang kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, dsb.

4. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

          Ada 7 komponen utama yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu sebagai berikut;
  • Konstruktivisme. Konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas oleh konteks yang terbatas. Melalui konstruktivisme tugas guru adalah memfalisitasi proses belajar dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberi kesempata siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
  • Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dati menemukan sendiri.
         Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
         1) Merumuskan masalah.     
         2) Mengumpulkan data melalui observasi atau penngamatan.

      3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
              dan karya lainnya.
         4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
              guru, atau audiens lainnya.
         5) Mengevaluasi hasil temuan bersama.
  • Bertanya. Bertanya dalam pembelajaaran sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
  • Masyarakat belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
  • Pemodelan (Modelling). Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
  • Refleksi. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima.
  • Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.


Sumber : Kunandar. 2007. Guru Profesional. Rajawali Pers: Jakarta.
 

0 comments:

Post a Comment